Luluh - samsons

Minggu, 16 Januari 2011

Atlantis Itu Di Indonesia !!!!.....

CERITA mengenai keberadaan Benua Atlantis hingga kini terus menjadi misteri sejak dideskripsikan filsuf Yunani, Plato, pada ribuan tahun lalu dalam dua dialognya, “Timaeus” dan “Critias”. Tak hanya Plato, penulis kuno klasik lainnya seperti Homer, Hesiod, Pindar, Orpheus, Appolonius, Theopompos, Ovid, Pliny si tua, Diodorus Siculus, Strabo, dan Aelian juga ikut meramaikan soal keberadaan Atlantis.
Kenyataan ini pada akhirnya memunculkan perdebatan tak kunjung usai di kalangan saintis klasik dan modern. Bahkan, masing-masing meletakkan Atlantis di tempat yang mereka yakini sesuai dengan hasil temuannya seperti Al-Andalus, Kreta, Santorini, Siprus, Timur Tengah, Malta, Sardinia, Troya, Antartika, Australia, Kepulauan Azores, Tepi Karibia, Bolivia, Laut Hitam, Inggris, Irlandia, Kepulauan Canary, Tanjung Verde, Isla de la Juventud dekat Kuba, dan Meksiko.
Pandangan yang paling mutakhir mengenai Atlantis -dan sangat mengejutkan kita- datang dari seorang geolog dan fisikawan nuklir asal Brazil Prof Arysio Santos. Dia membantah tesis di atas dan meyakini bahwa Atlantis yang pernah digambarkan Plato sebagai sebuah negara makmur dengan kekayaan emas, batuan mulia, dan mother of all civilization dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga itu adalah Indonesia.
Kesimpulan Santos yang merujuk pada pandangan Plato bukan tanpa pertimbangan kuat. Selama 30 tahun ia melakukan studi dan penelitian. Selama itu pula hidupnya dipergunakan untuk mengungkap letak Atlantis yang sebenarnya. Hasil penelitiannya itu kemudian ia tulis dalam buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization. Untuk memperkuat argumentasinya, Santos juga merujuk pada tradisi-tradisi suci tentang mitos banjir besar yang melanda seluruh dunia.
Dalam buku ini, secara tegas Santos menyatakan bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia. Selama ini, benua yang diceritakan Plato 2.500 tahun yang lalu itu adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis. Mereka memiliki peradaban yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi. Itu terjadi sebagai hukuman dari Tuhan atas keserakahan dan keangkuhannya.
Dengan menggunakan perangkat ilmu pengetahuan mutakhir seperti geologi, astronomi, paleontologi, arkeologi, linguistik, etnologi, dan comparative mythology, Santos juga mengungkap sebab-sebab hilangnya Atlantis dari muka bumi. Dia pun membantah hipotesis yang menyatakan bahwa musnahnya Atlantis disebabkan tabrakan meteor raksasa yang disebabkan oleh komet dan asteroid. Menurut Santos, tabrakan di luar angkasa itu adalah order of magnitude yang lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan letusan gunung berapi.
Hipotesis lain yang dibantah Santos adalah tesis yang mengatakan Atlantis musnah disebabkan pergeseran kutub dan memanasnya Antartika pada zaman es. Menurut Santos, fenomena seperti itu mustahil terjadi pada masa lalu jika dilihat dari sisi fisik dan geologisnya.
Musnahnya Atlantis, menurut Santos, lebih disebabkan banjir mahadahsyat yang menenggelamkan hampir seluruh permukaan dunia, yang membinasakan 70 persen penduduk dunia -termasuk di dalamnya binatang. Yang memegang peran penting dalam bencana tersebut adalah letusan Gunung Krakatau dan Gunung Toba, selain puluhan gunung berapi lainnya yang terjadi hampir dalam waktu yang bersamaan.
Bencana alam beruntun itu, kata Santos, dimulai dengan ledakan dahsyat Gunung Krakatau, yang memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah kaldera besar, yaitu Selat Sunda, hingga memisahkan Pulau Sumatera dan Jawa. Letusan tersebut menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi dataran rendah antara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, antara Jawa dan Kalimantan, serta antara Sumatera dan Kalimantan. Bencana besar itu disebut Santos sebagai “Heinrich Events”.
Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa fly-ash naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (zaman es pleistosen). Abu itu kemudian turun dan menutupi lapisan es. Karena adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut. Gletser di Kutub Utara dan Eropa kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia.
Banjir akibat tsunami dan lelehan es itulah yang mengakibatkan air laut naik sekitar 130 hingga 150 meter di atas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah di Indonesia tenggelam di bawah permukaan laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi. Tekanan air yang besar itu menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat pada lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi dan gempa bumi yang dahsyat. Akibatnya adalah berakhirnya zaman es pleistosen secara dramatis.
Terlepas dari benar atau tidaknya teori tersebut, atau dapat dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia, teori Santos sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang luar ke Indonesia. Kalau ada yang beranggapan bahwa kualitas bangsa Indonesia sekarang sama sekali “tidak meyakinkan” untuk dapat dikatakan sebagai nenek moyang dari bangsa-bangsa maju yang diturunkannya, ini adalah suatu proses dari hukum alam tentang masa keemasan dan kemunduran suatu bangsa.

Judul buku: Atlantis; The Lost Continent Finally Found
Penulis : Prof Arysio Santos

Perjalanan ke Alam Astral ( ghaib ) part II

 Bertemu banyak manusia aneh

Aku sekarang sendirian merasa melayang – layang dan akhirnya terjatuh di sebuah tempat yang mirip dengan bangunan puri kuno. Kakiku masuk ke dalam bangunan itu, aku merasa aneh, sepertinya suasana sangat mencekam dan remang – remang. Salah satu ruang di sisi sebuah guci besar yang terguling, ada bangku kayu. Dia atasnya meringkuk seorang laki – laki dengan pakaian seperti nahkoda kapal kuno, jenggotnya panjang, rambutnya juga panjang. Dia seperti orang hilang ingatan. Lalu aku berjalan lagi menaiki tangga, ada seorang lelaki tua duduk melamun memegang gasper bajunya, aneh pakaiannya bukan seperti orang – orang pada umumnya.
Masih ada beberapa orang lagi yang kulihat dalam bangunan tua itu. Mereka tanpa ekspresi. Seperti orang – orang yang bingung dan  tidak mampu bicara. Kebanyakan adalah laki – laki, ada beberapa seperti awak kapal. Aku merasa perjalanan sudah melelahkan. Aku duduk sebentar. Tak habis pikr mengapa banyak sekali manusia di sini. Mereka tidak melihat kehadiranku.

Kuputuskan untuk kembali dan melambaikan ganggang di tangan kananku, dalam sekejab mata sudah berada di pelataran di mana kedua putri pemegang cermin itu berdiri.
Tapi putri – putri itu sudah tidak ada lagi. Hanya dua orang anak kembar yang memegang mainan semacam kerang berbentuk kerucut dan berlubang ujungnya. Mereka meniup kerang itu, dari dalamnya melesat beberapa  sumpit tajam dari bekas capit kepiting menghancurkan sasaran bunga – bunga karang. Aku mendekat, salah satu mahluk kembar berwujud anak manusia itu berwajah bengis dan licik, sementara satunya berwajah lembut dan ramah. Keduanya bertengkar . Kutinggalkan mereka.
Aku naik ke atas tangga pelataran dan terlihat banyak tanaman dalam belanga tanah. Seorang anak kecil mendekat dan berkata bahwa dia dikutuk menjadi kerdil seumur hidup oleh sang ratu, tugasnya adalah menanam tanaman kehidupan dan menjaganya. Semakin terasa aneh seluruh kehidupan di sini. Orang – orang bisa dengan mudah datang dan menghilang begitu saja. Aku ingin pulang. Aku ingat ganggang ditangan kananku sudah terlepas dari genggamanku.
Dengan konsentrasi penuh akhirnya aku berhasil mencapai tempat awal aku datang, badanku melesat begitu cepat tiba di tempat itu. Aku harus pulang. Ini bukan tempatku.
Tibalah di tempat yang pertamakali kudatangi, tetapi sang ratu dan manusia ganggang itu sudah tidak ada. Dalam hati kecil ada rasa takut bahwa ikan – ikan dan ganggang itu akan melihatku melarikan diri. Tapi tekadku sudah bulat untuk pulang. Dengan sekali hentakan aku muncul ke permukaan air. Terlihat tubuhku berbaring dengan tenang dalam posisi terlentang. Aku mendekati tubuhku, masuk perlahan mulai dari ujung telapak kaki dan akhirnya ke seluruh tubuhku.  Kesadaranku penuh, aku terbangun. Semuanya tergambar dengan jelas, seolah bukan mimpi. Aku bisa mengingat setiap detail peristiwanya.
Terlihat jam dinding menunjukkan pukul 21: 00 Wib.Padahal rasanya aku pergi berhari  hari ternyata hanya 2 jam saja. Hingga  saat ini aku sudah mengalami berbagai pengalaman mimpi yang mirip seperti itu, meninggalkan tubuh dan berjalan – jalan. Bahkan ke tempat yang harus melintasi lautan atau hutan belantara, perjalanan ku tempuh dalam waktu yang sangat cepat dan singkat. Kadang terbang dan bertemu manusia lain yang juga terbang.

 Believe it or Not!!...

Perjalanan ke Alam Astral ( ghaib ) part I




Kisah perjalanan astral  ke dasar samudra ini terjadi dalam bulan mei 2010.

Keluar dari tubuh 

Malam sekitar pukul 19; 00 wib, Mei 2010
Saya berbaring antara lelah dan keinginan untuk tidur. Saat terbaring posisi badan terlentang.. Tiba – tiba antara sadar dan tidak badan terasa terangkat. Mula – mula dari kaki bergerak turun dari tempat tidur dan masih dalam posisi berbaring  terlihat kaki yang sepasang masih menyatu dengan badan . Ketika kedua kaki yang berupa bayangan berhasil menjejakkan telapak di lantai disusul dengan badan sampai seluruh kepala bangkit dan keluar dari tubuh mengambil posisi duduk. Saat menoleh badan masih terlihat dalam posisi tidur. Ada keanehan yang tidak terjawab. Bagaimana mungkin melihat seperti badan kembar berada dalam satu ruang kamar. Yang satu tidur sementara badan yang satu posisi duduk.

Tidak ada kesempatan untuk menoleh ke arah jam dinding, tiba – tiba terlihat ada sebuah kolam di hadapan. Kedua kaki penuh keraguan mencoba mencelup ke dalam kolam. Pada saat air kolam tersentuh kedua kaki, ada gelombang – gelombang lingkaran yang bergerak di tengah kolam. Lalu perlahan – lahan warna kolam berubah sangat bening dan tampak di dasarnya bukan kolam lagi melainkan  dasar samudera. Pemandangan terumbu karang yang sangat elok beraneka warna. Ikan dan ganggang yang menari – nari begitu menawan.
Tak lama kemudian seorang ratu dengan pakaian sari ungu kebiruan seperti pakaian putri India kuno muncul dengan posisi duduk bertahta di atas kelopak kerang besar. Rambutnya berhiaskan mutiara berkilauan, tangan kanannya memegang rumput ganggang laut berwarna  ungu kebiruan. Ikat pingganggnya dari rangkaian kulit kerang kecil – kecil beraneka warna seperti untaian bunga.Tak jauh dari ratu itu ada mahkluk seperti setengah manusia dan setengah ganggang, berjalan terhuyung – huyung menghadap ratu. Seperti seorang manusia yang terkena kutukan menjadi ganggang dan wajahnya sangat  mengundang rasa iba. Warna mahluk yang setengah ganggang dan setengah manusia itu duduk bersimpuh di depan ratu . Mereka memandang ke arah saya. Mulutnya tidak bergerak sedikitpun hanya tersenyum.

Tak lama kemudian terdengar suara bergema di telinga:”Turunlah…jangan ragu, masuk ke dasar air, …turunlah …turunlah”.  Begitu terus menerus. Seperti terhisap sebuah kekuatan,kedua kaki mulai turun mencelup ke air sampai sebatas lutut. Sesaat ragu – ragu menyergap. Bagaimana aku bernafas di dalam air. Sang ratu itu mengayunkan ganggang di tangan kanannya dan lagi – lagi ku dengar suara, jangan ragu, kamu akan bisa bernafas, masuklah dan tenggelamkan seluruh tubuhmu. Keheranan semakin menjadi,, ratu itu bisa membaca pikiranku. Saat badan tinggal bagian kepala saja, tiba – tiba boneka ganggang itu melesat ke atas dan menyambut  tubuhku. Dengan penuh kesadaran terasa sensasi basah dan aair yang dingin, seluruh badan tenggelam ke dasar laut yang elok itu, melayang -  layang dan terlihat gelembung udara dari mulut dan hidungku. Tiba di hadapan ratu yang bersinggasana kulit kerang besar itu, boneka ganggang setengah manusia itu menjauh dariku. Lalu teronggok tak berdaya di  sebuah cekungan batu karang.

Belum pernah melihat dan membayangkan yang namanya dasar laut apalagi terumbu karang, tapi sekarang aku berada di dalamnya. Melihat keherananku sang ratu mengatakan  angkat tangan kananmu ke atas dan silankan tangan kirimu di dada. Beri salam kepada mereka. Tidak tampak satu orangpun yang bisa ku lihat untuk ku beri salam, tetapi akhirnya tangan kanan terangkat  dengan begitu patuh, sementara tangan kiri tersilang di dada. Ajaib, semua ganggang, rumput laut, ikan – ikan , kerang dan semua makhluk dasar laut itu tiba – tiba terlihat hidup, menari – nari, melambaikan tangan dan mereka memiliki mata, mulut dan hidung. Mereka melambai – lambaikan tangannya mengucapkan selamat datang.
Lalu ratu tersebut memerintahkan “ Turunkan tanganmu “
Tangan  kanan segera kuturunkan. Aneh sekali semua pemandangan yang tadi seolah hidup dan bergerak – gerak menjadi diam, tak bernyawa.Semua kembali seperti semula bentuk ganggang dan ikan – ikan warna – warni seperti biasa. Tetapi tak ada rassa takut sedikitpun menyaksikan keanehan – keanehan itu. Rupanya semua mahluk itu berada dalam kekuasaan ratu. Lalu ganggang setengah manusia tadi berusaha untuk berdiri, tapi nampaknya sempoyongan dan memegang tangan ku di ajak berbalik menghadap kearah kanan.

 Cermin ajaib
Di sisi kanan yang tadi hanya ada terumbu karang sekarang terbuka lebar, ada pelataran dan tangga naik ke arah atas. Sang ratu tidak bergerak sama sekali dari atas tahata kerangnya. Terlihat 3 orang putri sangat cantik menawan juga mengenakan pakaian  warna ungu kebiruan , kepalanya berhias rumput laut warna – warni. tetapi tidak ada sedikitpun senyum. Dua di antara ketiga putri itu memegang sebuah lingkaran cermin berhias rumput laut berwarna warni.
Mereka mulai mendekat. Posisi lingkaran cermin itu disangga dengan tangan setinggi  bahunya. Beriringan mereka berjalan mendekati tempatku berdiri. Pandanganku tertuju pada cermin itu, sepertinya aku melihat tayangan gambar putri – putri sumatera yang sedang menari dan di belakang putri itu terlihat bangunan kuno serta pemandangan lembah, kebun dan barisan pegunungan. Gambar itu bergerak hidup seperti jika melihat acara televisi.
Lalu kerang yang menjadi singgasana sang ratu bergerak melayang mendekati kedua putri yang membawa cermin itu. Dia mengatakan aku bisa pergi kemanapun aku inginkan dengan masuk kedalam cermin itu. Antara penasaran dan takjub dalam hati aku mengatakan bagaimana jika ke Amerika. Belum terucap keinginanku sang ratu mengataka  tidak boleh memilih benua itu. Padahal aku belum mengatakannya. Berarti sang ratu mampu membaca pikiranku. Lalu dia menawarkan aku untuk ke sumatera, kota. Padang. Akhirnya rasa penasaran membuatku memberanikan diri masuk ke cermin ajaib itu.

Kedua putri itu mendekatkan posisi cermin sejajar tubuhku dan aku mulai mendekatkan kepalaku masuk ke dalam cermin. Terasa seperti menembus agar – agar bening transparan dan mata melihat kea rah bawah ada pemandangan alam yang indah, barisan pegunungan. Tinggal menggerakkan badan saja maka seluruh tubuhku seolah mengambang bisa memasuki cermin itu. Tetapi kesadaran tiba  tiba masuk ke pikiranku. Bagaimana caranya aku kembali nanti, aku belum bertanya. Segera kepalaku ku tarik keluar . Sang ratu yang tahu isi pikiranku berseru “ Dia cerdas ‘
Lalu seorang putri yang dari tadi berdiri membawa sebuah kerang sebesar piring mendekati ke arahku. Di bukanya kelopak kerang itu dan terdengar suara musik ritmis yang nadanya hanya terdiri dari beberapa nada, mengalun berulang – ulang. Ratu turun dari singgasananya dan mengajakku menari.Aku terbawa alunan suara ritmis tadi dan berputar – putar di dalam air. Akhirnya saat aku mulai merasa melayang dan ringan, sang ratu melesat pergi dengan singgasana kerangnya. Kedua putri yang memegang cermin tadi sudah menghilang. Salah satu putri memberi aku setangkai ganggang untuk penunjuk jalan jika aku ingin kembali ke tempat awal aku datang.
Pen Kamera Pen Tablet

walkie talkie

walkie talkie
walkie talkie